Rabu, 09 Desember 2009

Kakao

Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat. Cokelat dihasilkan dari biji buah kakao yang telah mengalami serangkaian proses pengolahan sehingga bentuk dan aromanya seperti yang terdapat dipasaran.
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu, kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ketiga sub sektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta. (Departemen Perindustrian, 2007).
Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dan pada tahun 2002 areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 914.051 ha. Perkebunan kakao tersebut sebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% dikelola perkebunan besar Negara serta 6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao curah dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah. Disamping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar Negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah. (Departemen Perindustrian, 2007).
Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia. Kakao Indonesia mempunyai kelebihan yaitu tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending.
Riset menemukan indikasi bahwa beberapa komponen yang terkandung dalam kakao dapat membantu mencegah penyakit cardiovascular dan dapat mengurangi resiko kanker. Biji kakao mengandung sejumlah besar phytochemical yang merupakan komponen psikologi aktif yang dapat ditemukan pada tanaman-tanaman seperti anggur, apel, teh, buah-buahan, sayuran, dan lain-lain. Kelompok tersebut disebut Flavonoids. Ada hal lain yang membuktikan bahwa flavonoids kakao dapat memberikan keuntungan dalam bidang kesehatan. (Departemen Perindustrian, 2007).
Lingkungan alami tanaman kakao adalah hutan tropis, dimana curah hujan, temperatur, dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim yang menentukan, demikian pula dengan faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar menyerap hara. (Tumpal H siregar, dkk. 2005).
Untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, suatu tanaman tidak dapat terlepas dari sifat genetiknya dan faktor lingkungan dimana tanaman itu tumbuh.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dibedakan atas lingkungan biotik dan abiotik. Pada prinsipnya lingkungan abiotik dapat dibagi atas beberapa faktor, yaitu: suhu, air, cahaya, tanah dan atmosfir (Ismail dalam Haryati, 2003).
Beberapa petani kakao terkadang kurang cermat dalam penggunaan air, pada saat persediaan air banyak penyiraman dilakukan dilakukan terus-menerus dan ketika giliran musim kemarau tiba tanaman dibiarkan tanpa pengairan yang cukup karena persediaan air habis sebelum musim kemarau tiba.
Ketersediaan air yang terus berlangsung secara kontinyu dapat membantu pertumbuhan tanaman menjadi optimal, karena air merupakan segalanya bagi tanaman, baik dalam proses fotosintesis, maupun dalam hal pelarut hara di alam tanah.
Informasi mengenai budidaya tanaman kakao, khususnya mengenai toleransi terhadap cekaman air masih terbatas sehingga diperlukan beberapa pengkajian khusus untuk mempelajari pengaruh cekaman air terhadap pertumbuhan bibit kakao.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar